Pengarang yang Benci Karyanya Sendiri

14.29 Posted In 0 Comments »
Kita semua udah pasti tahu tokoh kartun Tintin kan? Ya, Tintin yang lahir di Belgia ini memang sangat terkenal, apalagi ditambah ciri khasnya, yaitu rambut jambul berwarna pirang. Komik Tintin hingga kini telah laku 200 juta eksemplar, namun ternyata sang penciptanya mengaku 'muak'.

Harian Telegraph melaporkan bahwa Herge, warga Belgia yang menciptakan tokoh wartawan dan anjing putihnya itu, juga punya berbagai pengakuan dalam surat-suratnya yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Pengakuan yang mengungkap sisi lainnya dari seniman itu antara lain pernyataan cinta untuk istri pertamanya dan perasaan bersalah telah berzina.

Tiga ratus surat Herge terjual dalam lelang yang diselenggarakan hari Jumat di rumah lelang Artcurial di Paris. Selain surat, barang yang dilelang antara lain story boards, album, patung-patung dan lukisan.

Surat-surat Herge, nama panggilan dari Georges Remi, ditujukan untuk istri pertamanya, Germaine Kieckens, keluarga, dan para manajernya.

Surat-surat itu terjual 112 ribu euro (sekitar Rp1,7 miliar) padahal rumah lelang tersebut memperkirakan tumpukan surat tersebut paling-paling laku 15 ribu euro. Pembelinya adalah toko buku Jean-Claude Vrain di Paris.

Surat tertua adalah kartu pos untuk orang tua Herge yang dikirim dari perkemahan pramuka pada tahun 1921. Saat itu Herge berusia 14 tahun. Surat termuda dikirim tahun 50-an.

Keponakan Herge, Georges Remi, Jr. selama ini menyimpan surat-surat tersebut. Tumpukan surat itu menunjukkan seorang yang awalnya antusias dengan karakter kartun ciptaannya berubah bosan dan bimbang.

"Aku sangat capek," tulis Herge tahun 1947. Karirnya ternoda akibat kaitan dengan Nazi. Saat Perang Dunia II, dia tetap membuat karya kartun untuk suatu koran Belgia yang digunakan sebagai propaganda kolaborasi dengan Nazi.

"Benar-benar ada perceraian antara yang ada di pikiranku dengan yang saya ciptakan dan saya gambar," tulisnya.

"Saat ini, karyaku membuatku muak," tulis Herge pada istrinya. "TINTIN bukan lagi saya. Saya harus membuat usaha yang tidak menyenangkan untuk menciptakan (dia)... Jika TINTIN terus ada, berarti dia tercipta lewat sejenis nafas buatan yang harus terus saya lakukan dan hal itu membuat saya letih."

Herge menikah dengan Germaine tahun 1932 namun pernikahan mereka dirundung awan kelabu tahun 1948 karena kehadiran Rosane, sosok yang menurut Herge telah menimbulkan perasaan 'kelembutan persaudaraan'.

Saat di Swiss, Herge menulis, "Saya bukan tercipta untuk berzina gadis kecilku...tapi hal itu sudah terjadi," kemudian dia melanjutkan, "tidak ada yang tidak bisa diperbaiki." Herge menceraikan Germaine tahun 1977.

Studios Herga, yang dikelola istri keduanya, Fanny Rodwell, sebelum pelelangan menyatakan tidak tertarik dengan surat-surat tersebut.

Apa sih akreditasi itu? Kenapa harus sibuk mempersiapkannya?

19.14 Posted In 0 Comments »
Menurut definisi Depdiknas, akreditasi adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.

Dasar hukum akreditasi sekolah utama adalah : Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 60, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 86 & 87 dan Surat Keputusan Mendiknas No. 87/U/2002.

Akreditasi sekolah bertujuan untuk :
a) menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam menyelenggarakan layanan pendidikan dan (b) memperoleh gambaran tentang kinerja sekolah.

Maka dari itu, Diknas menganggap penting dliakukannya akreditasi untuk mengukur sejauh mana sebuah sekolah itu berkembang dan menjadikan hasil penilaian sebagai acuan untuk menentukan standar nasional pendidikan (SNP).

Fungsi akreditasi sekolah adalah : (a) untuk pengetahuan, yakni dalam rangka mengetahui bagaimana kelayakan & kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu kepada baku kualitas yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator amalan baik sekolah, (b) untuk akuntabilitas, yakni agar sekolah dapat mempertanggungjawabkan apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan masyarakat, dan (c) untuk kepentingan pengembangan, yakni agar sekolah dapat melakukan peningkatan kualitas atau pengembangan berdasarkan masukan dari hasil akreditasi.

Akreditasi sekolah mencakup penilaian terhadap sembilan komponen sekolah, yaitu (a) kurikulum dan proses belajar mengajar; (b) administrasi dan manajemen sekolah; (c) organisasi dan kelembagaan sekolah; (d) sarana prasarana (e) ketenagaan; (f) pembiayaan; (g) peserta didik; (h) peranserta masyarakat; dan (1) lingkungan dan kultur sekolah. Masing-masing kompoenen dijabarkan ke dalam beberapa aspek. Dari masing-aspek dijabarkan lagi kedalam indikator. Berdasarkan indikator dibuat item-item yang tersusun dalam Instrumen Evaluasi Diri dan Instrumen Visitasi.

Cakupan aspek penilaian itu tadi yang membuat beberapa minggu terakhir ini sekolah kita ribut dan sibuk memperisapkan. Guru dan murid bekerja sama bahu-membahu menyelesaikan semua persyaratan. Masih ingat kan kalian semua kalau kita disuruh tanda tangan (orang tua) semua hasil ulangan dan latihan, lalu mengumpulkannya kembali dalam sebuah map berwarna kuning yang dibeli seharga $1.5? Masih ingat kita direcoko untuk membuat denah kelas, dan Ketua Kelas berhasil (akhirnya) membuat dalam semalam saja? Kita juga harus membayar beberapa hal, seperti uang map, uang LKS, uang kas, uang perpisahan, dan sebagainya??? Dan banyak hal lain yang sangat membuat repot, padahal dalam minggu-minggu itu kita juga sedang banyak ulangan, tugas, dan "pernak-pernik" khas sekolahan lainnya.

Makanya, kami usul ke Bapak Mendiknas yang terhormat supaya akreditasi dilakukan secara berkala dan tidak terburu-buru. Juga, tidak memberikan pemberitahuan secara mendadak (pertama dibilang Agustus 2009, lalu maju Februari 2009, lalu dimajukan lagi ke November 2008! Wew!). Fiuhhh...!!

Akreditasi memang bikin capek dan pusing. Sampai-sampai Bu Ika bilang dia lagi tensi tinggi waktu itu. Bu Yuli yang gak pernah marah aja sampe ngomel2 gak karuan. Bu Murni yang biasa nyantai kelihatan tegang. Pak Tavip sampe ngos2an ngangkatin map ulangan kelasnya ke Ruang Media gara-gara gak ada yang bantuin. Pak Heri yang biasa super santai dan males repot juga mengobrak-obrak anak-anak OSIS dan kelasnya untuk segera menyelesaikan proposal, laporan pertanggung jawaban, surat-surat, dan dokumen penting lainnya. Pak Basuki sampe lembur jam 6 sore buat nyelesaiin administrasi (jadi gak ada waktu buat ngurusin Fortune ya pak???). Itulah hebohnya proses akreditasi. Harapan kita setelah kerja keras gitu, sekolah kita tertjinta ini dapet predikat terbaik, yaitu nilai "A" lagi. Good luck...